PTK IPA SD Kelas 3 (BAB I)

c23 logo beveled copy_thumb_thumb

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1         Latar Belakang Masalah

Upaya peningkatan kualitas pendidikan di  Indonesia  tidak  pernah berhenti.Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melaluiKemendiknas. Upaya itu antara lain dalam pengelolaan sekolah, peningkatan sumber  daya  tenaga  pendidikan,  pengembangan/penulisan  materi  ajar, serta pengembangan paradigma baru dengan metodologi pengajaran.

Mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah konsekuensi  otomatis  dari  perenungan  informasi  ke  dalam  benak  siswa. Belajar  memerlukan  keterlibatan  mental  dan  kerja  siswa  sendiri. Penjelasan dan  pemeragaan semata tidak  akan  membuahkan  hasil  belajar yang  langgeng.  Pembelajaran  yang  lebih  bermakna  haruslah  melibatkan siswa  secara  aktif  baik  secara  fisik  dan  psikis.  Dengan  aktifnya  siswa diharapkan  pembelajaran  memberikan  makna/  pengalaman  yang membekas pada otak siswa.Seorang siswa dalam belajar IPA dikatakan kurang berhasil apabila perubahan  tingkah  laku  yang  terjadi  belum  mampu  menentukan kebijaksanaannya untuk mencapai suatu hasil yang telah ditetapkan secara tepat  dalam  waktu  yang  telah  ditentukan. 

Untuk  mencapai  suatu  hasil belajar  yang  maksimal,  banyak  aspek  yang  mempengaruhinya,  diantaranya  aspek  guru,  siswa,  metode  pembelajaran  dan  lain-lain.Pengamatan  penulis  lakukan  selama  mengajar  di  MI Dayeuhdatar Desa Lumbungsari Kecamatan Lumbung. Model pembelajaran yang di lakukan oleh guru pada pelajaran  IPA  di  MI Dayeuhdatar Desa Lumbungsari Kecamatan Lumbung masih  menggunakan  model pembelajaran  yang  lama  di mana proses  belajar  mengajar  hanya terpaku pada guru, siswa hanya bisa menerima materi yang disampaikan oleh guru.Sehingga  siswa  cenderung  pasif  dan  menganggap  pelajaran  IPA  identik dengan  hafalan.  Hal  ini  menyebabkan  hasil  belajar  IPA  selalu  di  bawah SKM  klasikal.  Oleh  karena  itu penulis  mencoba  menerapkan  model pembelajaran  dengan  menggunaan  Metode  kontekstual  yangmembawa siswa pada hal-hal nyata yang ada disekitar mereka.

Pembelajaran  Kontekstual  (Contextual  Teaching  and  Learning) merupakan salah satu model pembelajaran berbasis kompetensi yang dapat digunakan  untuk mengefektifkan  dan  mensukseskan  implementasi kurikulum  2004.  Ada kecenderungan  dewasa  ini  untuk  kembali  kepada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih  baik jika lingkungan diciptakan alamiah.  Belajar  akan  lebih  bermakna  jika  anak “mengalami”  apa  yang dipelajarinya,  bukan  “mengetahuinya”.  Pembelajaran  yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi “ Mengingat”jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan  jangka  panjang.  Dan  itulah  yang  sering  terjadi  disekolah-sekolah  kita. Dalam  konteks  itu  siswa  perlu  mengerti  makna belajar,  apa  manfaatnya,dalam  status apa  mereka,  dan  bagaimana mencapainya.  Mereka  sadar  bahwa  yang  mereka  pelajari berguna  bagi hidupnya kelak. Dengan begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang  bermanfaat  bagi  dirinya  dan  berupaya  menggapainnya.  Dalam upaya  itu,  mereka memerlukan  guru  sebagai  pengarah  dan  pembimbing (Depdikbud, 2002 : 2)

Jika  guru  mampu  mengelola  proses  pembelajaran  dan  mampu menciptakan sistem  pembelajaran  yang  efektif  maka  kualitas  proses belajar akan tercapai. Tetapi jika guru masih terpaku pada paradigma lama dimana  hanya  memandang  keberhasilan proses belajar  mengajar ditentukan  nilai  akhir  saja  maka  kualitas  pembelajaran  tidak akan mencapai kemajuan. Dalam model pembelajaran kontekstual peserta didik secara langsung kelapangan untuk menemukan dan mencari materi pelajaran sehingga proses pembelajaran sehingga lebih  bermakna.  Pembelajaran bermakna menurut Ausubel (Isti Hidayah, dkk dalam teoripembelajaran.blogspot.com) Proses pembelajaran  yang dapat  mengaitkan  informasi  baru  dengan  struktur kognitif.  Sebaliknya,  jika  informasi baru  tidak  dapat  dikaitkan  pada konsep-konsep  yang telah  ada  dalam  struktur  kognitif maka  akan hanya terjadi  belajar  hafalan,  proses  belajar  hafalan  ini  merupakan  prosespenerimaan  informasi  jangka  pendek.  Sedangkan  proses  belajar  dengan pengulangan di  lapangan  dan  peserta  didik  mampu  menemukan  sesuatu materi yang dikaji, maka penerimaan informasi bersifat jangka panjang.Dalam  pembelajaran  kontekstual  ini  konsep  belajar  yang membantu  para  guru mengaitkan  antara  materi  yang  diajarkan  dengan situasi dunia nyata yang mendorong para siswa membuat hubungan antara pengetahuan  yang  dimilikinya  dengan penerapan  teori  dalam  kehidupan sehari-hari.  Pengetahuan  dan  ketrampilan  siswa diperolehnya  dengan mengaitkan  ketika  belajar  Siswa  akan turut  langsung  dalam pengalaman belajar  yang  akan  membuat  hasil  belajar  lebih  bermakna  (DirjenDikdasmen, 2002: 26).

Dari  rumusan  latar  belakang  di  atas  maka  peneliti  memandang perlu  untuk  mengadakan  penelitian  tindakan  kelas  dengan  judul “Penerapan Metode Konstektual pada Siswa Kelas 3 MI Dayeuhdatar Desa Lumbungsari Kecamatan Lumbung yang Mengalami Masalah Mata Pelajaran IPA Materi Pengelompokan Mahluk Hidup” .

 

1.2         Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas peneliti mencoba merumuskan masalah, yaitu:Apakah penerapan  metode  kontekstual  dapat  meningkatkan  hasil belajar  IPA  materi pengelompokan  mahluk  hidup pada  siswa  kelas  3MI Dayeuhdatar Desa Lumbungsari Kecamatan Lumbung?

 

1.3         Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk  mengetahui apakah penerapan  Metode  kontekstual  dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi pengelompokan mahluk hidup pada siswa  kelas  3MI Dayeuhdatar Desa Lumbungsari Kecamatan Lumbung.

 

1.4         Manfaat Penelitian

Ø  Bagi Siswa

a.       Meningkatkan keaktifan masing-masing siswa dalam pembelajaran IPA;

b.      Meningkatkan minat dan motivasi siswa terhadap pelajaran IPA;

c.       Meningkatkan  kemampuan  siswa  dalam  hal  pemahaman  konsepketrampilan IPA;

d.      Menumbuhkan sikap ilmiah pada siswa;

e.       Memberikan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan.

Ø    Bagi Pendidik

a.       Sebagai upaya mengembangkan kreativitas dalam hal metode dan strategi pembelajaran;

b.      Mempermudah guru dalam mencapai tujuan pembelajaran;

c.       Memberikan pengalaman baru dalam hal kegiatan belajar mengajar.

Ø  Bagi Lembaga/  Sekolah;

a.       Dapat  dijadikan  sebagai  tolok-ukur  proses  dan  hasil  belajar  atau prestasi sekolah pada umumnya;

b.      Dapat  digunakan  untuk  meningkatkan  mutu  para  pendidik  dan peserta didik;

c.       Menjadikannya  sebagai  eksperimentasi  pengembangan  kurikulum dalam mengembangkan inovasi metode dan strategi pembelajaran.

Ø  Bagi Peneliti

Sebagai  usaha  meningkatkan  kemampuan  sebagai  pendidik  yang mempunyai dedikasi tinggi, mengembangkan  kreativitas  untuk  memberikan  kemampuan terbaik bagi peserta didik.

Ø  Bagi Pembaca

Sebagai  metode informasi  mengenai  dunia  pendidikan  beserta pengembangannya dan  sebagai  bahan  literatur  dalam melaksanakan penelitian yang lebih baik.

 

1.5         Batasan Masalah

Metode  Kontekstual  yang  dimaksud  dalam  penelitian  ini  adalah Metode  pembelajaran  yang  mengaitkan  pembelajaran  dengan kehidupan nyata dan lingkungan dimana siswa berada.

Hasil Belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar dalam ranah kognitif yang hasilnya diukur dalam bentuk tes tertulis.

Bab II dari PTK ini dapat anda baca disini

PTK IPA SD Kelas 3 (BAB III)

BAB III

METODE PENELITIAN

 

3.1.       Subyek Penelitian

1.        Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian  untuk  memperoleh  data  yang  diinginkan.  Penelitian  ini bertempat  di  Kelas 3 MI Dayeuhdatar Desa Lumbungsari Kecamatan Lumbung Kabupaten Ciamis.

 

2.        Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan.  Penelitian ini  dilaksanakan pada  bulan  Juli sampai Desember 2012 (6 bulan). Adapun Jadwal Pelaksanaan Penelitian terlampir

 

3.        Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas III MI Dayeuhdatar Desa Lumbungsari Kecamatan Lumbung Kabupaten Ciamis sejumlah 10 siswa terdiri dari 6 laki-laki  dan4 perempuan. Semua siswa berasal dari keluarga petani dengan  tingkat  ekonomi  menengah  ke  bawah.  Dari 10  siswa  terdapat  2 orang  siswa  yang  mempunyai  kemampuan  di  bawah  rata-rata. Sehingga siswa-siswi ini memerlukan perhatian khusus dari guru.

 

3.2.       Rancangan Penelitian

Penelitian  ini  menggunakan  Penelitian  Tindakan  Kelas  (PTK). Menurut Tim  Pelatih  Proyek  PGSM,  PTK  adalah  suatu  bentuk  kajian  yang bersifat  reflektif  oleh  pelaku  tindakan  yang  dilakukan  untuk  meningkatkan kemantapan  rasional  dari  tindakan  mereka  dalam    melaksanakan  tugas, memperdalam  pemahaman  terhadap  tindakan-tindakan  yang  dilakukan  itu, serta  memperbaiki  kondisi  dimana  praktik  pembelajaran  tersebut  dilakukan (dalam Mukhlis, 2000: 3).

Sedangkah  menurut  Mukhlis  (2000:  5)  PTK  adalah  suatu  bentuk kajian  yang  bersifat  sistematis  reflektif  oleh  pelaku  tindakan  untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.

Adapun  tujuan  utama  dari  PTK  adalah  untuk memperbaiki/meningkatkan  praktik  pembelajaran  secara  berkesinambungan, sedangkan  tujuan  penyertaannya  adalah  menumbuhkan  budaya  meneliti  di kalangan guru (Mukhlis, 2000: 5).

Sesuai dengan jenis  penelitian yang  dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart  (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus  yang berikutnya. Setiap  siklus  meliputi   planning  (rencana),   action (tindakan),  observation  (pengamatan), dan  reflection  (refleksi). Langkah pada siklus  berikutnya  adalah  perncanaan  yang  sudah  direvisi,  tindakan, pengamatan,  dan  refleksi. 

Sebelum  masuk  pada siklus  1  dilakukan  tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi  permasalahan.  Observasi dibagi  dalam tiga  putaran,  yaitu  putaran  1,  2  dan  3,  dimana  masing  putaran  dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan  yang  diakhiri  dengan  tes  formatif  di  akhir  masing  putaran.  Dibuat dalam tiga putaran  dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.

Penelitian  tindakan  ( action research )  adalah  suatu  bentuk  penelitian yang dilakukan oleh  guru untuk  meneliti  sendiri  praktik pembelajaran  yang dilakukan  dikelas.dalam  penelitian  tindakan  kelas,  guru  dan  peneliti  secara kolaboratif  juga  dapat  melakukan  penelitian  terhadap  proses  atau  produk pembelajaran secara reflektif di kelas. Penelitian tindakan juga menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik pendidikan. Hal ini terjadi karena setelah meneliti  kegiatanya  sendiri,  yakni  didalam  kelas  dengan  melibatkan  siswanya dengan melalui tindakan-tindakan yang direncanakan.

Pelaksanaan  penelitian  dilaksanakan  dengan  cara  kolaborasi  yaitu penelitian  yang  melibatkan  orang  lain  disamping  peneliti  yaitu  sebagai observer.  Peneliti  ini  menggunakan  alur  tahapan  (perencanaan,  tindakan, observasi,  dan  refleksi  disajikan  dalam  tiga  siklus).  Setelah  terlebih  dahulu diperoleh permasalahan utama tentang bagaimana meningkatkan pemahaman konsep  pengelompokkan  mahluk  hidup dengan  Metode  konstektual.Penelitian ini dilakukan 3 (tiga) siklus pada satu sekolah, kelas dan guru yang sama.

 

3.2.1   Siklus Penelitian

Setiap  siklus dilaksanakan dengan urutan  kegiatan  yang hampir  sama hanya  saja  siklus  berikutnya  mempunyai  unsur  penyempurnaa  dari kekurangan pada siklus sebelumya. Adapun urutan tindakan yang akan dilakukan sebagai berikut:

a.    Refleksi Awal ( Observasi )

Penelitian  dilakukan  bersama  seseorang  observer  yaitu  dengan kepala  sekolah.  Peneliti  dan  observer  mengidentifikasi permasalahan  bagaimana  meningkatkan  pemahaman  konsep perkembangbiakan  tumbuhan.  Peneliti  dan  observer  merumuskan hipotesis  tindakan.  Sehingga  hipotesis  tindakan yang dirumuskan bersifat tentatif yang menetapkan dan merumuskan rancangan yang didalamnya meliputi:

a)   Menetapkan  kompetensi  dasar pembelajaran  IPA yang  akan diterapkan dengan Metode kontekstual;

b)   Menyusun  rancangan  metode  pembelajaran  yang  akan dilaksanakan;

c)   Menyusun  instrumen penelitian  ( Silabus,  RPP,  Penilaian  dan LKS);

d)  Menyusun rencana pengelolaan data

b.    Tahap Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan

Kegiatan yang dilakukan dapat dikemukakan sebagai berikut :

a)   Peneliti  melakukan  pembelajaran  untuk  melaksanakan  desain pembelajaran IPA dengan menggunakan pedekatan kontekstual;

b)   Observer  melakukan  pengamatan  secara  sistematis  tehadap kegiatan  yang  dilakukan  peneliti kegiatan  pengamatan dilakukan  komprehensif  dengan  memanfaatkan  alat  perekam, pedoman pengamatan, serta lapangan.

c.    Refleksi

Peneliti  dan  observer  mendiskusikan  hasil  tindakan  pengamatan yang  yelah  dilakukan  meliputi  :  analisis,  sintesis,  pemaknaan, penjelasan,  dan  penyimpulan  data  dan  informasi  yang  berhasil dikumpulkan.  Hasil  yang  diperoleh  berupa  temuan  tingkat efektifitas metode  kontekstual  dalam  meningkatkan pemahaman  konsep  perkalian dan  kemudian  menganalisa pemasalahan  yang  muncul  di  lapangan  yang  selanjutnya  dipakai sebagai  dasar  untuk  melakukan  perencanaan  pembelajaran  yang akan digunakan pada siklus berikutnya.

 

3.2.2   Pengumpulan Data

Dalam  penelitian  ini  tidak  terlepas  dari  teknik  pengumpulan data  yang akan digunakan,  karena penelitian ini merupakan  suatu usaha  yang  sengaja  direncanakan.  Dan  untuk  memperoleh  data yang  sesuai  dengan  tujuan.  Yang  telah  ditentukan  sebelumnya, maka  perlu  teknik  pengumpulan  data  melalui  dokumentasi, observasi dan interview.

Penggunaan  teknik  dokumentasi  dilaksanakan  dengan pertimbangan: sebagai  alat  yang  tepat  dan  cepat  untuk  mencatat hasil observasi dan interview.

 

3.2.3   Teknik Analisa Data

Untuk  mengetahui  keefektipan  suatu  metode  dalam  kegiatan pembelajaran  perlu  diadakan  analisa  data.  Pada  penelitian  ini menggunakan  teknik  analisis  deskriptif  kualitatif,  yaitu  suatu metode  penelitian  yang  bersifat  menggambarkan  kenyataan  atau fakta  sesuai  dengan  data  yang  diperoleh  dengan  tujuan  untuk mengetahui  prestasi  belajar  yang  dicapai  siswa  juga  untuk memperoleh  respon  siswa  terhadap  kegiata  pembelajaran  serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.Untuk  mengalisis  tingkat  keberhasilan  atau  persentase keberhasilan  siswa  setelah  proses  belajar  mengajar  setiap putarannya  dilakukan  dengan  cara  memberikan  evaluasi  berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

Analisis ini  dihitung dengan menggunakan statistik sederhana:

1.    Untuk menilai ulangan atau tes formatif

Peneliti melakukan penjumlahan  nilai  yang diperoleh  siswa,  yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

clip_image002

Dengan      clip_image004            = Nilai rata-rata

                   clip_image006          =             Jumlah semua nilai siswa

                   clip_image008         = Jumlah siswa

2.    Untuk ketuntasan belajar

Ada  dua  kategori  ketuntasan  belajar  yaitu  secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar  mengajar  kurikulum  1994  (Depdikbud,  1994),  yaitu seorang  siswa  telah  tuntas  belajar  bila  telah  mencapai  skor  65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat  85%  yang  telah  mencapai  daya  serap  lebih  dari  sama dengan  65%.  Untuk  menghitung  persentase  ketuntasan  belajar digunakan rumus sebagai berikut:

clip_image010

 

3.3.       Instrumen Penelitian

Intrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1.    Pedoman Observasi

Observasi  adalah metode untuk  menyelidiki subyek  yang  diteliti, maka peneliti  dapat  mengadakan  penelitian  secara  langsung  atau  tidak langsung terhadap gejala subyek yang diteliti. Prawiradiharja (1973; 38), mengemukakan  pendapatnya  bahwa, Observasi  adalah pengamatan dan pencatatan yang dilakukan secara fistuasi fakta, dan gejala yang diteliti, ini observasi dalam arti sempit, sedangkan observasi secara luas (dalam arti  luas)  adalah  pengamatan  yang  dilakukan  dengan  cara  indera  dan pencatatan  secara  langsung  maupun  tidak  langsung  dalam  waktu  dan tempat tertentu dimana fakta, data dan gejala tersebut dikemukakan.

2.    Silabus

Silabus  yang  digunakan  adalah  silabus  yang  sesuai  denga  kurikulum tingkat  satuan  pendidikan  yang  berlaku  di  MI Dayeuhdatar Desa Lumbungsari Kecamatan Lumbung (terlampir).

3.    Rencana Pelaksaaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran  dibuat   sebanyak tatap muka  yang akan dilaksanakan. Adapun  rencana  pelaksanaa  pembelajaran  yang  akan dipersiapkan sebagai berikut ( terlampir )

4.    Penilaian

Penilaian dilaksanakan pada saat pembelajaran (penilaian  proses) dan di akhir pembelajaran (penilaian hasil). Penilaian proses  dilaksanakan guna  memperoleh  nilai  terhadap  proses  kerja  siswa.  Dalam  kegiatan pembelajaran  dengan  menggunakan  Metode  konstektual penilaian tidak hanya pada hasil tetapi pada proses juga.

5.    Dokumentasi

Dalam  metode  ini adalah suatu cara  untuk  mengumpulkan data dengan jalan melihat dan mencatat kembali data yang ada dan yang akan diperlukan untuk keperluan tertentu.

Bab IV dari PTK ini dapat anda baca disini

 

Statistik Blog

Artikel Terbaru

Copyright © 2012. still CORNER 23 - All Rights Reserved B-Seo Versi 5 by Bamz